JOAN VIOLET ROBINSON
Salah satu dari sekian banyak tokoh atau ahli ekonomi
didunia yaitu Joan Violet Robinson. Biografi serta mengapa beliau dianggap
sebagai ahli ekonomi yaitu :
Profil Tokoh
Nama : Joan Violet Robinson
Tempat Tanggal Lahir : Surrey ( Inggris), 31 Oktober 1903
Wafat : 5 Agustus 1983
Nationality: Great Britanian
Kontribusi: Teori Pertumbuhan Cambridge
Karya Ilmiah Joan Robinson
·
Economics of Imperfect Competition, London,
Macmillan, 1933
·
Introduction to the Theory of Employment, London,
Macmillan, 1937a.
·
Essay in the Theory of Employment, London,
Macmillan, 1937b.
·
An Essay on Marxian Economics, London,
Macmillan, 1942.
·
“The Production Function and the Theory of
Capital,” Review of Economics Studies, 21, 2 (1953-1954). Di cetak
ulang dalam Robinson (1980), Vol. 2, hlm. 114-131.
·
The Accumulation of Capital, London,
Macmillan, 1956.
·
Economics Heresies: Some Old-Fashioned Question
in Economic Theory, New York, Basic Books, 1971.
·
An Introduction to Modern economics, New
York, McGraw Hill, 1973, dengan John Eatwell.
·
Collected Economic Pappers, 5vols,
Cambridge, Massachuttes, MIT Press, 1980.
Pada awalnya
Joan Robinson adalah pendukung ekonomi Klasik, kemudian dia mengubah pikirannya
setelah bertemu dengan John Maynard Keynes. Sebagai anggota dari ‘Cambridge
School’ Robinson kemudian memberi dukungan dan pengunjukan teori umum Keynes,
dalam tulisan pertamanya pada tahun 1936 sampai tahun 1937 ia menulis tentang
keterlibatan-keterlibatan tenaga kerja yang mencoba menjelaskan dinamika
ketenaga kerjaan ditengah-tengah depresi besar pada tahun tersebut. Kemudian pada
tahun 1949, Joan Robinson diundang oleh Ragnar Frisch untuk menjadi wakil ketua
dari Econometric Society. Enam tahun kemudian
ia menerbitkan buku lain tentang teori pertumbuhan, yang menjelaskan tentang
konsep-konsep dari “usia keemasan” atau alur-alur pertumbuhan. Setelah itu ia
mengembangkan teori pertumbuhan Cambridge dengan Nicholas Kaldor sampai tahun
1960. Ia juga menjadi salah satu peserta dalam kontroversi Cambridge bersama
Piero Sraffa.
Beliau disebut ahli ekonomi
karena :
Dan ada pokok-pokpok pikiran atau teori dari beliau yaitu :
Pada tahun 1933 beliau menulis bukunya yang berjudul Economics of Imperfect Competition yang memperkenalkan istilah “Monopsoni” yang menjelaskan tentang seorang pembeli dan seorang penjual monopoli. Pada tahun 1956 menerbitkan karangan besar berjudul The Accumulation of Capital yang memperluas ekonomi Keynesian dalam jangka waktu yang sangat panjang. Pada tahun 1974 Robinson terpilih sebagai presiden Asosiasi Ekonomi Amerika.
Teori Persaingan Tidak Sempurna
Struktur pasar
persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro Sraffa dan Joan Robinson
serta Chamberlin pada tahun 1930-an. Sraffa menulis buku The law of Return
Under Competitive Condition, sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of
Monopolistic Competition pada tahun 1933.
Dalam
menjelaskan pembuatan keputusan perusahaan Robinson menggunakan konsep
pendapatan marjinal (marginal revenue), yakni tambahan pengembalian perusahaan
yang diperoleh ketika perusahaan memproduksi dan menjual satu barang lagi. Bagi
perusahaan kompetitif, pendapatan marjinal akan selalu merupakan harga yang
sama, karena perusahaan dapat selalu menjual barangnya lebih banyak tanpa harus
mengobral atau menurunkan harga. Tapi perusahaan dalam pasar persaingan
sempurna akan mengalami kurva pendapatan marjinal yang lerengnya menurun. Untuk
dapat menjual lebih banyak, mereka harus mengobral barang. Jika ini terjadi,
beberapa konsumen akan membayar barang dibawah harga. Perusahaan akan
kehilangan pengembalian ini. Dengan mempertimbangkan baik itu harga yang rendah
dan penjualan yang tinggi, perusahaan mungkin akan memotong harga untuk menjual
lebih banyak namun tidak mendapat pengembalian (yaitu pendapatan marjinal dari
penjualan akan nol atau negatif). Sebaliknya perusahaan akan mendapat
pengembalian lebih jika perusahaan menaikkan harga,d an mengurangi produksi dan
penujualan.
Dengan
menunjukkan bagaimana naiknya harga dan kurangnya output produksi dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan, Robinson mampu menjelaskan mengapa
persaingan tidak sempurna ditandai dengan produksi yang tidak cukup dan
penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Karena persaingan tidak sempurna
dapat menjelaskan tingginya tingkat pengangguran yang terjadi di Inggris
(sedangkan teori persaingan sempurna tidak dapat menjelaskannya) pada tahun
1920-an dan pada masa depresi tahun 1930-an.
Dalam The
Economics of Imperfect Competition, ia juga menunjukkan bahwa dalam
persaingan tidak sempurna, para pekerja menerima gaji yang kurang dari nilai
produksi mereka. Konsekuensinya, produktivitas marjinal tidak dapat bertahan
ketika persaingan tidak sempurna eksis. Dengan persaingan tidak sempurna
pekerja tereksploitasi oleh pengusaha yang kuat. Untuk mengembalikan kepada
keadaan semula, Robinson memperkenalkan gagasan monopsony, suatu
kedaan dimana hanya ada satu majikan pada suatu dareh geografis tertentu atau
satu majikan bagi pekerja dengan keterampilan tertentu. Dengan hanya satu
majikan yang potensial, dan dengan banyaknya pencari kerja, maka orang-orang
berada pada keadaan kerugian kompetitif. Mereka terpaksa menerima gaji yang
ditawarkan oleh satu majikan saja. Robinson mengakui bahwa dunia ini tidak
terdiri dari pasar tenaga kerja monopsonistik. Namun gagasan monopsonistik
membantu dalam member perhatian pada penentuan upah sebagai suatu proses
tawar-menawar dan pada eksploitasi pekerja karena kurnagnya
tawar-menawar terhadap bebrapa perusahaan besar.
Teori Produktivitas Distribusi Marjinal
Berawal dari
permasalahan terhadap analisis permintaan dan penawaran, menurut Robinson,
berhubungan dengan modal. Robinson memicu perdebatan yang kemudian dikenal
dengan nama “Kontroversi Cambridge” (Cambridge Controversy), dengan krtikinya
atas teori distribusi dari kaum marjinalis. Menurut teori ini tingkat laba
ditentukan oleh produktivitas marjinal dari modal. Persoalan yang diangkat
Robinson adalah bagaimana mengukur modal untuk mencari produk marjinalnya.
Pertanyaan yang sederhana dan kurang disadari ini muncul dan menimbulkan debat
sengit antara Cambridge Inggris dan Cambridge Massachussets tentang kemungkinan
pengukuran modal ketika tidak diketahui beberapa tingkat laba.
Teori Perdagangan Internasioal
Robinson juga
tokoh penting dalam memperluas ekonomi Keynes sampai kebidang dunia
internasional. Secara tradisional, para ahli ekonomi menyataka bahwa perubahan
nilai tukar atau aliran uang akan memperbaiki setiap ketidakseimbangan yang
terjadi. Negara dengan surplus perdangan akan mendapatkan pemasukan uang atau
penguatan nilai mata uang. Hal ini akan membuat harga barang mereka menjadi
mahal bagi penduduk Negara lain dan akan mengurangi ekspor. Negara yang defisit
akan mengalami hal yang sebaliknya, barang mereka akan lebih murah dinegara
lain dan banyak mengekspor barang; menurut teori ekonomi standar, perubahan
harga akan membawa perdagangan pada keseimbangan.
Berlawanan
dengan pandangan konvensional ini, Robinson menyatakan bahwa ada satu mekanisme
penyesuian Keynesian. Masalah perdagangan diselesaikan melalui perubahan
pendapatan ketimbang melalui perubahan harga relatif. Negara yang mengalami
defisit perdagangan gagal menjual barang yang cukup keseluruh dunia.
Konsekuensinya produksi turun dan pengangguran meningkat. Akibatnya penduduk
Negara ini mengurangi pembelian barang dan jasa dari Negara lain sehingga
defisit perdagangannya akan menuju keposisi keseimbangan. Tapi hal ini
berdampak pada Negara surplus, yang kini mengalami penurunan permintaan barang
yang mereka produksi. Surplus perdagangan mereka berkurang tetapi tingkat
pengangguran mereka juga meningkat.
Robinson
selanjutnya memperluas teori Keynes dengan meneliti perdagangan internasional
dalam konteks yang dinamis atau bagaimana kesimbangan perdagangan berubah
sepanjang waktu. Ketimbang menganggap perdagangan internasional sebagai suatu
cara terbaik bagi Negara-negara untuk membagi tugas memproduksi barang yang
berbeda. Robinson melihat perdagangan luar negeri sebagai bagian strategi
pertumbuhan nasional.
Surplus
perdagangan, khususnya ketika tercapai dengan spesialisasi dalam industry
manufaktur, maka dengan sendirinya akan menaikan tingkat keuntungan domestik
yang akan memperbesar investasi dan perkembangan teknologi. Hal ini, pada
gilirannya, akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja domestik dan
memperbesar pendapatan. Karena itu perdagangan surplus dapat memicu
perkembangan jangka panjang dalam produktivitas dan taraf hidup. Sehingga dari
surplus perdangan yang dihasilkan akan memacu pertumbuhan ekonomi.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar