Minggu, 13 April 2014

AHLI EKONOMI DUNIA



JOAN VIOLET ROBINSON
Salah satu dari sekian banyak tokoh atau ahli ekonomi didunia yaitu Joan Violet Robinson. Biografi serta mengapa beliau dianggap sebagai ahli ekonomi yaitu :
Profil Tokoh
Nama : Joan Violet Robinson
Tempat Tanggal Lahir : Surrey ( Inggris), 31 Oktober 1903
Wafat : 5 Agustus 1983
Nationality: Great Britanian
Kontribusi: Teori Pertumbuhan Cambridge

Karya Ilmiah Joan Robinson
·         Economics of Imperfect Competition, London, Macmillan, 1933
·         Introduction to the Theory of Employment, London, Macmillan, 1937a.
·         Essay in the Theory of Employment, London, Macmillan, 1937b.
·         An Essay on Marxian Economics, London, Macmillan, 1942.
·         “The Production Function and the Theory of Capital,” Review of Economics Studies, 21, 2 (1953-1954). Di cetak ulang dalam Robinson (1980), Vol. 2, hlm. 114-131.
·         The Accumulation of Capital, London, Macmillan, 1956.
·         Economics Heresies: Some Old-Fashioned Question in Economic Theory, New York, Basic Books, 1971.
·         An Introduction to Modern economics, New York, McGraw Hill, 1973, dengan John Eatwell.
·         Collected Economic Pappers, 5vols, Cambridge, Massachuttes, MIT Press, 1980.

Pada awalnya Joan Robinson adalah pendukung ekonomi Klasik, kemudian dia mengubah pikirannya setelah bertemu dengan John Maynard Keynes. Sebagai anggota dari ‘Cambridge School’ Robinson kemudian memberi dukungan dan pengunjukan teori umum Keynes, dalam tulisan pertamanya pada tahun 1936 sampai tahun 1937 ia menulis tentang keterlibatan-keterlibatan tenaga kerja yang mencoba menjelaskan dinamika ketenaga kerjaan ditengah-tengah depresi besar pada tahun tersebut. Kemudian pada tahun 1949, Joan Robinson diundang oleh Ragnar Frisch untuk menjadi wakil ketua dari Econometric Society. Enam tahun kemudian ia menerbitkan buku lain tentang teori pertumbuhan, yang menjelaskan tentang konsep-konsep dari “usia keemasan” atau alur-alur pertumbuhan. Setelah itu ia mengembangkan teori pertumbuhan Cambridge dengan Nicholas Kaldor sampai tahun 1960. Ia juga menjadi salah satu peserta dalam kontroversi Cambridge bersama Piero Sraffa.



Beliau disebut ahli ekonomi karena :

Pada tahun 1933 beliau menulis bukunya yang berjudul  Economics of Imperfect Competition  yang memperkenalkan istilah “Monopsoni” yang menjelaskan tentang seorang pembeli dan seorang penjual monopoli. Pada tahun 1956 menerbitkan karangan besar berjudul The Accumulation of Capital yang memperluas ekonomi Keynesian dalam jangka waktu yang sangat panjang. Pada tahun 1974 Robinson terpilih sebagai presiden Asosiasi Ekonomi Amerika.

Dan ada pokok-pokpok pikiran atau teori dari beliau yaitu :

Teori Persaingan Tidak Sempurna
Struktur pasar persaingan tidak sempurna didasarkan pemikiran Pierro Sraffa dan Joan Robinson serta Chamberlin pada tahun 1930-an. Sraffa menulis buku The law of Return Under Competitive Condition, sedangkan Joan Robinson menulis The Theory of Monopolistic Competition pada tahun 1933.
Dalam menjelaskan pembuatan keputusan perusahaan Robinson menggunakan konsep pendapatan marjinal (marginal revenue), yakni tambahan pengembalian perusahaan yang diperoleh ketika perusahaan memproduksi dan menjual satu barang lagi. Bagi perusahaan kompetitif, pendapatan marjinal akan selalu merupakan harga yang sama, karena perusahaan dapat selalu menjual barangnya lebih banyak tanpa harus mengobral atau menurunkan harga. Tapi perusahaan dalam pasar persaingan sempurna akan mengalami kurva pendapatan marjinal yang lerengnya menurun. Untuk dapat menjual lebih banyak, mereka harus mengobral barang. Jika ini terjadi, beberapa konsumen akan membayar barang dibawah harga. Perusahaan akan kehilangan pengembalian ini. Dengan mempertimbangkan baik itu harga yang rendah dan penjualan yang tinggi, perusahaan mungkin akan memotong harga untuk menjual lebih banyak namun tidak mendapat pengembalian (yaitu pendapatan marjinal dari penjualan akan nol atau negatif). Sebaliknya perusahaan akan mendapat pengembalian lebih jika perusahaan menaikkan harga,d an mengurangi produksi dan penujualan.
Dengan menunjukkan bagaimana naiknya harga dan kurangnya output produksi dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, Robinson mampu menjelaskan mengapa persaingan tidak sempurna ditandai dengan produksi yang tidak cukup dan penggunaan sumber daya yang tidak efisien. Karena persaingan tidak sempurna dapat menjelaskan tingginya tingkat pengangguran yang terjadi di Inggris (sedangkan teori persaingan sempurna tidak dapat menjelaskannya) pada tahun 1920-an dan pada masa depresi tahun 1930-an.
Dalam The Economics of Imperfect Competition, ia juga menunjukkan bahwa dalam persaingan tidak sempurna, para pekerja menerima gaji yang kurang dari nilai produksi mereka. Konsekuensinya, produktivitas marjinal tidak dapat bertahan ketika persaingan tidak sempurna eksis. Dengan persaingan tidak sempurna pekerja tereksploitasi oleh pengusaha yang kuat. Untuk mengembalikan kepada keadaan semula, Robinson memperkenalkan gagasan monopsony, suatu kedaan dimana hanya ada satu majikan pada suatu dareh geografis tertentu atau satu majikan bagi pekerja dengan keterampilan tertentu. Dengan hanya satu majikan yang potensial, dan dengan banyaknya pencari kerja, maka orang-orang berada pada keadaan kerugian kompetitif. Mereka terpaksa menerima gaji yang ditawarkan oleh satu majikan saja. Robinson mengakui bahwa dunia ini tidak terdiri dari pasar tenaga kerja monopsonistik. Namun gagasan monopsonistik membantu dalam member perhatian pada penentuan upah sebagai suatu proses tawar-menawar dan pada eksploitasi pekerja karena kurnagnya tawar-menawar terhadap bebrapa perusahaan besar.
Teori Produktivitas Distribusi Marjinal
Berawal dari permasalahan terhadap analisis permintaan dan penawaran, menurut Robinson, berhubungan dengan modal. Robinson memicu perdebatan yang kemudian dikenal dengan nama “Kontroversi Cambridge” (Cambridge Controversy), dengan krtikinya atas teori distribusi dari kaum marjinalis. Menurut teori ini tingkat laba ditentukan oleh produktivitas marjinal dari modal. Persoalan yang diangkat Robinson adalah bagaimana mengukur modal untuk mencari produk marjinalnya. Pertanyaan yang sederhana dan kurang disadari ini muncul dan menimbulkan debat sengit antara Cambridge Inggris dan Cambridge Massachussets tentang kemungkinan pengukuran modal ketika tidak diketahui beberapa tingkat laba.
Teori Perdagangan Internasioal
Robinson juga tokoh penting dalam memperluas ekonomi Keynes sampai kebidang dunia internasional. Secara tradisional, para ahli ekonomi menyataka bahwa perubahan nilai tukar atau aliran uang akan memperbaiki setiap ketidakseimbangan yang terjadi. Negara dengan surplus perdangan akan mendapatkan pemasukan uang atau penguatan nilai mata uang. Hal ini akan membuat harga barang mereka menjadi mahal bagi penduduk Negara lain dan akan mengurangi ekspor. Negara yang defisit akan mengalami hal yang sebaliknya, barang mereka akan lebih murah dinegara lain dan banyak mengekspor barang; menurut teori ekonomi standar, perubahan harga akan membawa perdagangan pada keseimbangan.
Berlawanan dengan pandangan konvensional ini, Robinson menyatakan bahwa ada satu mekanisme penyesuian Keynesian. Masalah perdagangan diselesaikan melalui perubahan pendapatan ketimbang melalui perubahan harga relatif. Negara yang mengalami defisit perdagangan gagal menjual barang yang cukup keseluruh dunia. Konsekuensinya produksi turun dan pengangguran meningkat. Akibatnya penduduk Negara ini mengurangi pembelian barang dan jasa dari Negara lain sehingga defisit perdagangannya akan menuju keposisi keseimbangan. Tapi hal ini berdampak pada Negara surplus, yang kini mengalami penurunan permintaan barang yang mereka produksi. Surplus perdagangan mereka berkurang tetapi tingkat pengangguran mereka juga meningkat.
Robinson selanjutnya memperluas teori Keynes dengan meneliti perdagangan internasional dalam konteks yang dinamis atau bagaimana kesimbangan perdagangan berubah sepanjang waktu. Ketimbang menganggap perdagangan internasional sebagai suatu cara terbaik bagi Negara-negara untuk membagi tugas memproduksi barang yang berbeda. Robinson melihat perdagangan luar negeri sebagai bagian strategi pertumbuhan nasional.
Surplus perdagangan, khususnya ketika tercapai dengan spesialisasi dalam industry manufaktur, maka dengan sendirinya akan menaikan tingkat keuntungan domestik yang akan memperbesar investasi dan perkembangan teknologi. Hal ini, pada gilirannya, akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja domestik dan memperbesar pendapatan. Karena itu perdagangan surplus dapat memicu perkembangan jangka panjang dalam produktivitas dan taraf hidup. Sehingga dari surplus perdangan yang dihasilkan akan memacu pertumbuhan ekonomi.

SUMBER



Tidak ada komentar:

Posting Komentar